Senin, 30 Juni 2014
Minggu, 29 Juni 2014
IMAN DAN STRATEGI
(2 Samuel 15 : 13 – 37)
=Sumber.
SANTAPAN HARIAN=
Iman
kepada Tuhan bukan berarti kita tidak perlu berstrategi dalam berencana. Teks
kita hari ini menunjukan dengan indah betapa Daud memakai strategi yang cerdik dalam
menghadapi pemberontakan Absalom. Namun, Daud tetap percaya, mengandalkan, dan
tunduk pada kedaulatan Tuhan dalam menentukan apakah dia dapat kembali menjadi
raja di Yerusalem atau tidak.
Absalom
dengan sangat cerdik sudah merebut hati orang Israel dan berhasil menguasai
Yerusalem. Mau tidak mau, Daud harus melarikan diri. Apa yang dilakukan Daud
itu baik karena dalam kudeta seperti
ini, dia tidak lagi tahu siapa yang setia kepadanya. Dengan melarikan diri,
Daud bisa mengetahui siapa saja yang sebenarnya masih setia kepadanya, yaitu
mereka yang bersedia menyertainya (ayt.17-18).
Imam
Zadok, Abyatar, dan semua orang Lewi, juga mengikuti Daud dengan membawa Tabut
Allah. Namun, Daud menyuruh mereka kembali, demikian juga dengan Tabut Allah
(ayt. 24-29). Di sini, Daud bertindak tepat. Pada masa lampau, Tabut Allah
pernah diperlakukan seolah berhala yang harus memberkati umatnya (lih. 1 Sam. 4
: 3). Daud tidak mau ‘memaksa’ Allah untuk menyertai pelariannya. Dia berserah
penuh pada kedaulatan Allah (ayt. 25 - 26).
Dengan
menyuruh imam Zadok dan Abyatar kembali ke Yerusalem, Daud menaruh mata-mata di
tengah-tengah kelompok pemberontak (ayt. 27 - 28). Demikian juga, dengan
meminta sahabatnya, Husai kembali ke Yerusalem, Daud telah menempatkan seorang
yang cerdik untuk bisa mematahkan nasihat Ahitofel, penasihatnya yang
berkhianat (ayt. 34, lih ayt. 12). Husai bersama Zadok dan Abyatar, serta
anak-anak mereka kelak berperan penting menggagalkan pemberontakan Absalom (2
Sam. 17 : 15 - 16).
Tindakan
Daud sesuai dengan pengajaran Yesus kepada para murid : cerdik seperti ular dan
tulus seperti merpati (Mat. 10 : 16). Menghadapi musuh, kita harus percaya
penuh kepada Tuhan dan kedaulatan-Nya. Lalu dengan hikmat karunia Tuhan, kita
menyusun strategi jitu untuk mematahkan segala upaya yang ingin menghancurkan
iman kita. Amin !
SUSUNAN BADAN PENGURUS HARIAN GEREJA SAHABAT DI INDONESIA PERIODE 2013-2018
I.
BADAN PERTIMBANGAN
Ketua :
Pdt. Dr.M.Y Kasodo
Anggota : Prof.Dr.W.Kanter
Anggota :
Pdt.Yusuf Masduki M.Div
II.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DAN
PERBENDAHARAAN
Ketua : Pdt.Arianto Labaro S.Th
Anggota : Tjiu-Cimin
III.
BADAN PENGURUS HARIAN
Ketua Umum : Pdt.M Tomana M.Th
Ketua I : Pdt.Dr.Arbiter Simorangkir
Sekretaris Umum : Pdt.Ny.Suryani Watimena M.Div
Wakil Sek Umum :
Pdt.Ferdinand Tambun S.Th
Bendahara Umum : Pdt.Berlin Barau M.Th
Wkl Bend. Umum : Pdt. Ny.Maria Lobo
FRIENDS CHURCH
Membaptis salahsatu jemaat GSI El-Syadday
Sabtu, 28 Juni 2014
STRATEGI DALAM IMAN
(2 Samuel 15 :
13 – 37)
IMAN DAN STRATEGI DALAM
KEDAULATAN TUHAN
=Sumber.
SANTAPAN HARIAN=
Iman
kepada Tuhan bukan berarti kita tidak perlu berstrategi dalam berencana. Teks
kita hari ini menunjukan dengan indah betapa Daud memakai strategi yang cerdik dalam
menghadapi pemberontakan Absalom. Namun, Daud tetap percaya, mengandalkan, dan
tunduk pada kedaulatan Tuhan dalam menentukan apakah dia dapat kembali menjadi
raja di Yerusalem atau tidak.
Absalom
dengan sangat cerdik sudah merebut hati orang Israel dan berhasil menguasai
Yerusalem. Mau tidak mau, Daud harus melarikan diri. Apa yang dilakukan Daud
itu baik karena dalam kudeta seperti
ini, dia tidak lagi tahu siapa yang setia kepadanya. Dengan melarikan diri,
Daud bisa mengetahui siapa saja yang sebenarnya masih setia kepadanya, yaitu
mereka yang bersedia menyertainya (ayt.17-18).
Imam
Zadok, Abyatar, dan semua orang Lewi, juga mengikuti Daud dengan membawa Tabut
Allah. Namun, Daud menyuruh mereka kembali, demikian juga dengan Tabut Allah
(ayt. 24-29). Di sini, Daud bertindak tepat. Pada masa lampau, Tabut Allah
pernah diperlakukan seolah berhala yang harus memberkati umatnya (lih. 1 Sam. 4
: 3). Daud tidak mau ‘memaksa’ Allah untuk menyertai pelariannya. Dia berserah
penuh pada kedaulatan Allah (ayt. 25 - 26).
Dengan
menyuruh imam Zadok dan Abyatar kembali ke Yerusalem, Daud menaruh mata-mata di
tengah-tengah kelompok pemberontak (ayt. 27 - 28). Demikian juga, dengan
meminta sahabatnya, Husai kembali ke Yerusalem, Daud telah menempatkan seorang
yang cerdik untuk bisa mematahkan nasihat Ahitofel, penasihatnya yang
berkhianat (ayt. 34, lih ayt. 12). Husai bersama Zadok dan Abyatar, serta
anak-anak mereka kelak berperan penting menggagalkan pemberontakan Absalom (2
Sam. 17 : 15 - 16).
Tindakan
Daud sesuai dengan pengajaran Yesus kepada para murid : cerdik seperti ular dan
tulus seperti merpati (Mat. 10 : 16). Menghadapi musuh, kita harus percaya
penuh kepada Tuhan dan kedaulatan-Nya. Lalu dengan hikmat karunia Tuhan, kita
menyusun strategi jitu untuk mematahkan segala upaya yang ingin menghancurkan
iman kita. Amin !
Jumat, 27 Juni 2014
Minggu, 01 Juni 2014
Langganan:
Postingan (Atom)